Benih- Benih
Pemimpin
Pada keesokan hari yang
mana saatnya bagi para pelajar kembali kesekolah setelah menikmati libur
panjang akhir tahun . Ternyata libur panjang berdampak tidak baik bagi pelajar,
banyak pelajar yang masih malas-malasan berangkat ke sekolah. Mungkin juga
karena kurangnya jiwa cinta tanah air.
Teng..teng…
Bel masuk telas
berbunyi. Beberapa siswa yang belum
masuk kelas berhamburan masuk kekelas masing-masing, kalau sudah lebih lima
menit saat bel berbunyi, siswa yang baru datang kesekolah akan terkena poin
sekolah.
“sudah, kamu kenapa?,
pagi – pagi udah keringatan,” Tanya Alfian.
“Aku tadi lari-larian
dari tempat parkir, soalnya bel masuk udah bunyi,” jawab adam, sambil menikmati
sejuknya kipas.
“Tapi, sebaiknya kamu
tingkatkan sikap kedisiplinan, banyak siswa sini yang rumahnya jauh, Tapi
datangnya bisa tepat waktu,” dengan memasang wajah serius.
“Oke, sip..,” kata
Adam.
“Tapi, ini kok banyak
yang gak masuk sekolah ya?,” Tanya Adam.
“Mungkin karena libur
panjang, akhirnya mereka malas-malasan untuk masuk sekolah.” Jawab Alfian
Tiba – tiba pak siswo
datang “Selamat pagi Anak-Anak,” sapa
guru PKN yang sudah duduk di meja guru. Semua anak berhamburan menuju meja
masing-masing. Adam segera menurunkan kaki nya yang berada diatas meja.
“Pagi… Pak,” jawab anak-anak sama sekali tak
serentak.
“Pak, hari ini gak usah pelajaran dulu aja pak ya,
soalnya banyak juga siswa yang gak masuk,” kata Alfian, dengan kata-kata yang
sopan.
“Baiklah, karena
kalian tampaknya tidak semangat, saya akan cerita,” Pak Siswo memutuskan sambil
tersenyum. Semua anak meletakkan wajah mereka di meja.
“Kisah ini kisah
nyata yang dialami oleh anak teman saya, namanya Kak Bayu. Dia seorang sangat
cerdas di sekolahnya, terutama dalam pelajaran math dan science. Setelah lulus SMA, ia dibiayai oleh pemerintah
untuk sekolah di luar negeri dengan ikatan dinas. Iapun berangkat ke sebuah salah satu universitas terbaik di dunia adalah di Washington dan bersekolah di sana. Setelah
beberapa tahun di sana, Kak Bayu sakit, lalu ia periksa kepada seorang dokter
dan ia positif mengidap suatu penyakit leukimia dan diprediksi hidupnya tidak
akan lama lagi. Lalu pada suatu hari, ia didatangi oleh tim dari Netherland dan
ditawari untuk diobatkan tapi harus bersekolah di Amsterdam lalu bekerja untuk
pemerintah Netherland. Kak Bayu pun menolak karena ia ingat bahwa ia bisa pergi
dan sekolah di sini karena dibiayai oleh pemerintah Indonesia. Lalu Kak Bayu
berdo’a bahwa ia ingin sekali melajutkan sekolahnya lalu bisa pulang kembali
dan membangun negaranya, Indonesia, maka jika Allah meridhai niatnya itu, ia
minta disembuhkan. Kemudian datanglah seorang dokter muslim dari sebuah rumah
sakit besar di USA dan menawari Kak Bayu pengobatan gratis. Kak Bayu menerima
tawaran tersebut. Kak Bayu pun diobati oleh para ahli kesehatan dari rumah
sakit besar tersebut dan pada akhirnya ia berhasil sembuh. Setelah sembuh, Kak
Bayu mulai menempuh sekolah S3-nya. Saat hendak lulus, ia didatangi oleh FBI
untuk menjadi salah satu bagian dari mereka, tapi dengan demikian ia harus
meninggalkan semua hidupnya dan hidup menjadi orang lain dengan identitas dan
alamat lain, ia juga harus meninggalkan keluarganya dan seluruh kehidupannya di
Indonesia. Kak Bayu pun menolak dengan tawaran itu karena ia sangat ingin
kembali pulang dan membangun negaranya,” cerita Pak Siswo panjang lebar. Beliau
memandang murid-muridnya sambil tersenyum.
“Nah, dari sini
banyak pelajaran yang dapat kita ambil,” sambung Pak Siswo. “Untuk dapat
membangun negara, rasa nasionalisme adalah hal yang utama dan hal yang sangat
diperlukan oleh seseorang. Tapi nasionalisme tidak dapat berdiri sendiri.
Seseorang yang memiliki rasa nasionalisme kuat tapi tidak diimbangi dengan iman
yang kuat pula, maka akan memunculkan paham bernama fasisme, yaitu merasa
bangsanya yang paling unggul. Saya akui, pelajaran PKn sangatlah membosankan,
mengantukkan, dan menyebalkan. Saya tidak menuntut kalian semua untuk cinta
pelajaran yang membosankan ini, yang saya inginkan adalah kalian semua cinta
terhadap Indonesia.”
“Wah… ceritanya
seru ya, jadi pengen tekun belajar agar bisa bermanfaat bagi Negara,” kata
Alfian, dengan ekspresi senang.
“Kita juga harus
menghargai pengorbanan yang dilakukan Negara untuk kita,” kata putri
“Maksutnya apa?
Put…, jadi bingung aku,” Tanya Alfian.
“Gini loh fian,
kita dapat sekolah gratis juga karena Negara juga kan,”jawab putri.
“Oalah itu toh,
put istirahat nanti ikut aku ke ruang guru ya, mau nyerain data siswa,” ajak
Alfian.
“siap
bos…hahaha,”jawab putrid sambil tersenyum.
Teng..teng..
“Anak –anak udah
bel, kita akhiri pelajran ini,’ kata Pak Siwo
“Pak Siswo
tunggu, ini pak tas bapak ketinggalan,” sambil lari.
“Ya ada apa?,”
menoleh
“Ini pak tasnya
ketinggalan,” jawab Alfian
“Makasih ya..,”
dengan wajah tersenyum.
“Iya, pak sama-sama,”
Saat Alfian
kembali kekelas ternyata guru yang ngajar pelajaran selanjutnya sudah datang
dan Alfian pun langsung duduk, gak lama kemudian ada seorang anak cowok ternyata
dia itu siswa pindahan dari sekolah SMAN 1 daerah Kalimantan timur, dengan
wajah yang polos di pun memperkenalkan dirinya, setelah itu dia pun memilih
tempat duduk. Ada beberapa siswa yang gak mau berteman dengan dia, karena gaya
bahasanya yang terlalu formal, memiliki sifat yang pendiam dan agak udik.
“Hai, kenalkan
nama ku Alfian,” sambil menoleh kebelakang.
“Aku masih belum
tau peraturan disekolah ini dan apa aja pelajarannya, bisa bantu aku,” kata
Suwarna, sambil menggaruk kepalanya.
“Nanti aku
beritahu, soalnya task u ada dibangku pojok,” jawab Alfian.
“Fian, kamu ngapain
kog ngobrol ma anak baru itu, dia kan udik dan bahasanya juga terlalu formal ,”
Tanya kalvin.
“Gimana se kamu
itu dia kan juga saudara kita, kamu lupa ya makna dari Bhineka Tunggal Ika
yaitu berbeda –beda tapi tetap satu yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku
bangsa, agama dan kepercayaan. Jadi kita tidak boleh membeda – bedakan ras atau
apalah yang pokok berbeda tapi masih dalam satu Negara kita INDONESIA satu lagi
menggunakan bahasa INDONESIA yang baik dan benar itu
bukan formal, tapi menghargai basaha kita sendiri dengan menggunakan dalam
sehari -hari,” dengan memasang wajah serius.
“O, iya ya aku lupa fi. Makasih ya udah diingatkan…,”kata kalvin, dengan
ekspresi bersalah dan langsung menghampiri siswa baru itu.
“Hai sarwono. Aku minta maaf ya, udah berfikiran jelek tentang kamu,”
dengan kata – kata yang lebit dan ekspresi bersalah.
“Baiklah, sekarang kita berteman ya..,” dengan wajah tersenyum.
“Baiklah, sekarang kita berteman ya..,” dengan wajah tersenyum.
Teng…teng…
Bel istirahat sudah berbunyi
“Ayo, put ikut aku keruang guru,” ajak Alfian
“Ayo, put ikut aku keruang guru,” ajak Alfian
“Sini aku bantu bawa,” sambil tersenyum
saat perjalanan keruang guru, ada keramain didepan pintu BK, Alfian dan
Putri pun menghampirinya dan ternyata ada beberapa siswa yang terlibat tawuran
kemarin, dan pihak sekolah mengetahuinya dan langsung memanggil siswa tersebut
keruang BK. Suasana sekolah pun memanas dengan hadirnya orang tua murid yang
terlibat tawuran sedang memarahi anaknya, hingga gak lama kemudian pihak
sekolah dapat meredamkan amarah orang tua murid tersebut. Alfian dan Putri pun jalan
terus melewati ruang guru.
“Huh, ada – ada aja ya put,” kata Alfian
“Huh, ada – ada aja ya put,” kata Alfian
“Ya, itu lah siswa yang kurang
cinta terhadap tanah air, jadi dapat merusak moral dan sifat seorang pelajar,”
“Ya, juga se. kayaknya suasananya tidak memungkinkan untuk keruang guru
deh. Mumpung ini di musolla, aku mau sholat dhuha dulu ya, kamu gak sholat
juga,” dengan ekspresi agak tegang setelah ada keributan di depan ruang BK.
“Ya deh, aku juga mau sholat juga,” ucap putrid sambil manggut – manggut.
Teng..teng…
Bel masuk pun telah berbunyi, setelah sholat Alfian dan putrid pun
langsung kembali kekelas. Setelah berada dikelas. Terdengar di spiker kelas bahwa
ketua kelas kelas 10 dan 11 dipanggil, mungkin ada informasi dari sekolah.
Setelah ketua kelas kembali ke kelas masing, ia pun langsung memberitahuan
informasi itu ke anak-anak yang laing, bahwa sekolah kita akan mengadakan kegiatan
di luar sekolah, tepat di kota malang dan tujuan utama nya di Museum Brawijaya.
“Wah seru tuh kayaknya…,” ucap Alfian.
“Seru apanya membosankan tau di museum, soalnya paling yang kita liat
itu-itu aja,” sela Adam.
“Salah besar kamu, dimuseum kita dapat mngetahui pengorbanan para
pahlawan yang rela mati demi kemerdekaan dan juga ada pula benda – benda
bersejarah, itupun juga dapat menambah wawasan kita, maka dari itu kamu harus
menanamkan rasa
patriotisme dan cinta tanah air karena
akhir-akhir ini rasa cinta tanah air mulai memudar di kalangan pelajar dan kamu
juga harus tau apa makna dari tumpah darah yang dilakukan para pejuang bangsa
di masa perang kemerdekaan,” jawab Alfian.
“Wah kamu tu sudah kayak guru aja,” sambil menggerutu.
“Emang aku kalau besar pengen jadi guru…,” Alfian pasang
mimik serius.
“Ya ya, aku tau, semoga cita-cita mu tercapai….ya,”jawab
Adam
“Aminnn….,” kata Alfian.writer:
ALFIANSYAH RAMADLAN
SMAN 4 SURABAYA
wahk, cerpen nya menarik juga (y)
BalasHapus